“Ingatlah, bahwa didalam tubuh ada segumpal darah. Jika segumpal darah itu baik (sehat) seluiruh tubuhpun akan menjadi baik. Namun, jika segumpal darah itu sakit, seluruh tubuh pun akan menjadi sakit. Ketahuilah segumpal darah itu adalah hati,” (HR Bukhari).

Salah satu pokok pembahasan yang paling banyak mendapat perhatian dalam islam adalah pembahasan tentang hati (al-qalb). Penting dibahas mengingat dia selalu berjalan tak tentu arah (bolak-balik). Itulah rahasia ketika bahasa Arab menamakan segumpal daging itu bernama al-qalb. Karena secara etimologi, al-qalb berarti bolak-balik (qallaba).

Merangaki hati ternyata tidak mudah. Ia tidak mudah semudah membalikkan telapak tangan. Agar seseorang bias merangkai hatinya sdengan baik, dia perlu latihan, cobaan, dan kesabaran dalam waktu yang panjang.

Hati adalah anggota hati yang sangat unuk. Ia selalu berjalan tak tentu arah. Mengikuti gelombang yang selalu mengombang-ambingkannya. Suatau hari ia bias berjalan kea rah kebaikan , di hari yang lain ia bias berjalan ke arah kejelekan.

Hati butuh nakhoda yang mahir. Jika suatu saat hati diberi kesusahan, sang nakhoda tersebut harus mampu menyetir hatinya agar tidak tenggelam ke dalam lautan putus asa dan ratapan. Begitupun jika hati diberi kebahagiaan, sang nakhoda harus mampu sang nakhoda harus mampu mengendalikan hatinya agar tidak terjerumus kedalam jurang kemewahan, kealpaan, dan kesombongan.

Dalam bukunya yang berjudul ighatsah Al-lihfan, Ibnu Qayyim membagi hati kedalam tiga bagian: hati sehat (qalb shahih), hati mati (qalb mayyit), dan hati sakit (qalb maridh).

Hati yang sehat adalah hati yang bersih dari segala bentuk syahwat yang menyalahi perintah Allah, larangan-Nya, dan barang-barang syubhat. Hati seperti ini bersih dari setiap penyembaan kepada selain Allah, bersih untuk todak berhukum kepada Nabi, serta bersih untuk selalu mencintsi Allah dan berhukum kepada Nabi. Takut, harapan, pasrah, tawakkal, tunduk, ridha, dan amarahnya adalah untuk Allah saja.

Sedangkan hati mati adalah hati yang tidak hidup. Hati seperti ini tidak pernah mengenal dan menyembah Allah. Hati yang mati selalu berdiri disampaing syahwat dan dirinya sendiri. Hati yang mati tidak pernah peduli terhadap murka dan keridhoan Allah. Itu lantaran hati sudah dibelenggu oleh sesembahan selain Allah.

Adapun hati sakit adalah hati yang hidup tapi memiliki penyakit. Hati sakit memiliki dua sisi: iman kepada Allah dan cinta kepada syahwat. Iman kepada Allah adalah sisi yang bias menghidupkan hati. Sedangkan cinta kepada syahwat adalah sisi yang dapat mematikan hati, baik dalam benytuk dengki, sombong, mementingkan diri sendiri, cinta jabatan, ataupun membuat kerusakan di bumi.

Orang yang berhati bersih adalah orang yang akan memetik keuntungan. Baik keuntungan di dunia maupun di akhirat. Keuntungan di dunia berupa rasa kasih saying yang didapat dari sesamanya. Sedang keuntungan di akhirat berupa keridhoan, perlindungan dan kasih saying yang didapat dari Allah (QS. Al-Syu’ara:87-89)

Adapun orang yang berhati sakit atau mati adalah orang yang akan emndapatkan kerugian. Di dalam kehidupan di dunia, orang yang berhati mati atau sakit akan selalu dicerca, tidak disayangi, digunjing, dicurigai, dan dikucilkan oleh sesamanya. Sedangkan di akhirat nanti, orang yang berhati sakit atau mati akan mendapatkan murka dan siksaan abadi yang datang dari Allah.

Untuk menjaga agar hati senantiasa bersih, ia harus terus disiram dengan kebaikan, baik dalam bentuk zikir, menjaga amanat, membaca Qur’an, istigfar maupun menolong sesame. Sesuai dengan hadits Nabi di atas, jika hati seseorang selalu bersih, seluruh amal perbuatannya akan menjadi bersih, baik, dan terpuji. Sebaliknya, jika hatinya mati atau sakit, seluruh amal perbuatannya pun akan menjadi kotor, buruk, dan tercela.

Ada doa yang telah diajarkan pleh Nabi agar hati selalu berjalan di atas kebaikan. Doa itu adalah,”Wahai Yang Maha pembolak-balik hati, kukuhkan;lah hatiku diatas agama-Mu,” (HR Al-Tarmidzi dan Ahmad). Sebagaimana yang diterangkan Ummu Salamah, doa itu adalah doa yang paling sring dibaca oleh Nabi.

Semoga kita termasuk kedalam bagian orang yang memiliki hati bersih. Yaitu, hati yang selalu dibimbing oleh cahaya Islam. Wallahu a’lam bish-shawab.

0 komentar:

Posting Komentar

About